Mangupura –
Pada Rabu (5/8) kemarin, masa tugas Bupati Badung AA Gde Agung resmi berakhir. Untuk mengisi kekosongan hingga bupati definitif terpilih, Badung akan dipimpin penjabat bupati yakni Ir. Nyoman Harry Yudha Saka, M.M. yang saat ini menjabat Kepala Biro Organisasi Setprov Bali.
Serah-terima memori jabatan digelar di Ruang Kertha Gosana Puspem Badung. Acara tersebut dihadiri Penjabat Bupati Badung, Bupati ke-11 AA Gde Agung, Wakil Bupati Badung Made Sudiana, Ketua DPRD Nyoman Giri Prasta dan segenap anggota, kepala SKPD, dan undangan lainnya.
Acara diawali dengan pemutaran film kepemimpinan Bupati Gde Agung periode 2005-2010 dan 2010-2015. Pemutaran film ini memakan waktu sekitar 30 menit.
Selanjutnya, acara diisi dengan perkenalan penjabat Bupati Badung Nyoman Harry Yudha Saka yang menjabat sebagai Karo Organisasi Setprov Bali. Pada sambutan perkenalannya, dia berharap dapat mengemban amanah sebagai penjabat Bupati Badung. “Kami akan berupaya mengemban tanggung jawab dengan sepenuh hati,” ujar Harry yang sempat bertugas di Bappeda, Inspektorat serta Dinas Kehutanan.
Dia menyadari, dalam 10 tahun terakhir, Badung mengalami perkembangan sosial ekonomi yang amat pesat. Untuk itu, dia akan berusaha membangun saling pengertian dan meningkatkan kolaborasi dengan aparatur yang ada di kabupaten keris ini. Harry juga berharap pilkada bisa berjalan sukses sehingga pemerintahan berjalan berkesinambungan.
Ketua DPRD Badung Nyoman Giri Prasta mengucapkan selamat kepada Harry Yudha Saka. Dia mengingatkan penjabat Bupati sudah ditunggu tugas-tugas konstitusional seperti pengesahan perda-perda, APBD 2016, dan menyukseskan pemilukada Badung 9 desember 2015.
Kepada Gde Agung, Giri Prasta memberikan apresiasi yang sangat tinggi. Hal ini karena program-program yang dirancang sangat berhasil dan bisa dinikmati masyarakat.
Dia menunjuk pendidikan wajar 12 tahun bisa dilalui. Demikian pula di bidang kesehatan. Selain JKN dan JKBM, Gde Agung juga meluncurkan Jaminan Kesehatan Krama Badung (JKKB) Manguwaras.
Selain itu, dia juga memberi apresiasi karena perjalanan pemerintahan bisa berlangsung dengan komunikasi yang baik, bersinergi, dan tepat waktu. “Dalam penetapan APBD, belanja publik senantiasa jauh lebih besar dari belanja aparatur,” ujarnya.
Apresiasi juga ditujukan karena Badung di bawah kepemimpinan Gde Agung mampu meraih opini WTP berkali-kali. Selain itu, Lakip pun B+.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan serah terima dan penandatanganan memori jabatan. Selain memori jabatan, Gde Agung juga menyerahkan buku biografi dirinya kepada sejumlah pejabat dan undangan, seperti kepada Made Sudiana, Giri Prasta dan undangan lainnya.
Usai menyerahkan memori jabatan, suasana haru muncul saat Gde Agung akan memberikan sambutan. Undangan tampak berkaca-kaca, merasa haru dan sedih akan ditinggalkan sosok Gde Agung.
Dalam 10 tahun melayani masyarakat, pengelingsir Puri Ageng Mengwi tersebut merasakan kekeluargaan yang luar biasa. Kerja bersama pun bisa dilakukan yang dilandasi rasa wirang dan jengah untuk memajukan harkat dan martabat masyarakat Badung. Selain itu, kehadiran pemerintah sangat dirasakan oleh krama Badung.
Pada kesempatan itu, Gde Agung menyampaikan 3 hal. Pertama, menyatakan rasa syukur kepada Tuhan. “Tanpa anugerah Tuhan tak bisa menjalankan tugas 10 tahun,” katanya.
Kedua, Gde Agung mengucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini. Terima kasih telah dipilih secara demokratis dan telah didukung dan dipercaya melaksnakan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Ini kehormatan yang luar biasa karena 10 tahun pemerintahan bisa berjalan dengan tenang.
Ketiga, dia tak lupa mohon maaf jika ada program yang belum terealisasi. Semua itu karena keterbatasan diri dan keterbatasan kurun waktu.
Selanjutnya kepada penjabat, dan bupati definitif, Gde Agung menitipkan Badung dan meminta hasil-hasil pembangunan yang merupakan kerja bersama bisa dipelihara. Saat mengucapkan ini, undangan yang hadir tampak berkaca-kaca.