Tanjung Benoa, Bali (3 November 2024) – Kelurahan Tanjung Benoa menjadi bagian dalam program SAMUDERA Climate-Act, sebuah inisiatif kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk mitigasi bencana berbasis partisipatif melalui solusi teknologi. Program yang berlangsung pada 31 Oktober-2 November 2024 ini digagas oleh Samudera Indonesia, U-INSPIRE Indonesia, dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Tanjung Benoa.

SAMUDERA Climate-Act menggunakan pendekatan partisipatif dengan melibatkan komunitas lokal, termasuk nelayan, masyarakat adat, pemerintah kelurahan, pelaku pariwisata, dan perwakilan masyarakat lainnya. Melalui diskusi kelompok terarah (FGD), observasi lapangan (village watching), dan pemetaan partisipatif, program ini mengidentifikasi potensi risiko dan mengembangkan solusi teknologi mitigasi bencana berbasis Internet of Things (IoT).

Beberapa kesimpulan dan rekomendasi pengurangan risiko bencana yang dihasilkan yaitu:
- Identifikasi potensi ancaman bencana berdasarkan hasil FGD di Tanjung Benoa yaitu gempa bumi, tsunami, tanah longsor, abrasi, banjir rob, dan dampak perubahan iklim. Hasil identifikasi kerentanan meliputi belum tersedia shelter evakuasi vertikal, kebutuhan peningkatan sistem peringatan dini, kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi risiko bencana, pertumbuhan mangrove yang kurang optimal, serta jalur evakuasi yang belum memadai.
- Untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana, SAMUDERA Climate-Act merekomendasikan optimalisasi jalur evakuasi, penguatan kolaborasi multi-sektor termasuk peran pemuda, pemanfaatan media digital untuk edukasi, dan penguatan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Tanjung Benoa. 
- Penguatan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, media, dunia usaha, dan masyarakat, serta pelibatan pemuda dan NGO dalam upaya ketangguhan bencana, dinilai sangat penting untuk memperkuat kapasitas pengurangan risiko bencana.  
- Penggunaan Media Digital: Sebagai salah satu langkah konkrit pengurangan risiko bencana, FPRB Tanjung Benoa juga akan mengembangkan media digital berupa video safety induction untuk mengedukasi masyarakat dan pelaku usaha pariwisata terkait langkah-langkah kesiapsiagaan bencana.
- Penguatan Komunitas Melalui FPRB Tanjung Benoa: Gerakan FPRB Tanjung Benoa akan diperkuat untuk terus mengedukasi dan mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana.
- Pengembangan Early Warning System (EWS): Diusulkan pengadaan alarm portabel untuk sistem peringatan dini di sekolah, banjar, dan ruang komunitas lainnya di Tanjung Benoa.
- Inovasi Teknologi Berbasis IoT: Dalam program ini, Buoy berbasis IoT dikembangkan untuk merekam data dan informasi kondisi sekitar secara real-time. Data ini akan dianalisis dan menjadi basis rekomendasi untuk tindakan mitigasi bencana yang lebih akurat.
- Dalam program ini juga dikembangkan rekomendasi solusi teknologi yaitu pengembangan dan pemasangan buoy berbasis IoT di kawasan pesisir untuk merekam data kondisi lingkungan secara real-time dan mendukung pengambilan keputusan mitigasi bencana. Selain itu, SAMUDERA Climate-Act mengusulkan pengadaan alarm portabel untuk sistem peringatan dini di sekolah, banjar, dan ruang komunitas, serta pengembangan video edukasi kesiapsiagaan bencana.

SAMUDERA Climate-Act menunjukkan komitmen Samudera Indonesia, U-INSPIRE Indonesia, dan FPRB Tanjung Benoa dalam mendukung pengurangan risiko bencana melalui pendekatan partisipatif, kolaborasi multi-sektor, dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan ketangguhan bencana di wilayah Tanjung Benoa, Bali.