Bupati menambahkan, dengan data “time series” bahwa produksi padi dalam 7 (tujuh) tahun terakhir (2006-2012) tercatat rata-rata 121.917 ton/tahun dengan produktivitas 61,54 kw/ha. Sementara 3 (tiga) tahun sebelum periode tersebut (2003-2005) produksi padi hanya mencapai rata-rata 115.978 ton/tahun dengan produktivitas juga lebih rendah yakni 57,59 kw/ha. Dengan demikian terjadi peningkatan rata-rata 5,12% jika kedua periode tersebut dibandingkan. Fakta ini juga diperkuat dengan diraihnya prestasi berupa piagam P2BN dari Presiden sebanyak 3 kali berturut-turut untuk Pemkab Badung dan Adhikarya Pangan Nusantara 2 kali berturut-turut untuk kelompok tani subak. “Dengan demikian posisi kabupaten badung saat ini masih surplus dalam produksi beras rata-rata 8.308 ton/tahun dalam 7 tahun terakhir ini,” jelas Bupati.

 Dari sisi kelembagaan, Bupati mengatakan, di sektor hulu seluruh subak yang berjumlah 119 buah dengan luas areal 10.195 ha, telah menerima dana penguatan modal rata-rata Rp. 1,4 juta/hektar, disamping perbaikan sarana dan prasarana jalan usaha tani serta saluran irigasi. Dalam proses produksi, petani juga mendapatkan bantuan dan subsidi sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, alat mesin pertanian dan bimbingan dalam pengolahan dan pemasaran hasil. Dibagian hilir, disiapkan dana LUEP yang dikelola Perpadi untuk membeli gabah petani dalam rangka stabilitas harga, juga memenuhi kebutuhan beras PNS dilingkungan Pemkab Badung yang rata-rata mencapai 60 ton setiap bulannya. Sebagai basis budaya, subak juga mendapat bimbingan melalui kegiatan lomba subak yang rutin dilaksanakan setiap tahun.

 Pada kesempatan tersebut Bupati juga menjelaskan terkait alih fungsi lahan di badung. Dikatakan, merujuk data “time series” selama 10 tahun, memang terlihat gambaran data yang dinamis dan terjadi alih fungsi lahan sebagai konsekuensi dari dinamika kebutuhan pembangunan. Namun dalam 7 tahun terakhir, alih fungsi lahan tercatat rata-rata 17,57 ha/tahun dan jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan data 3 tahun sebelum periode tersebut yang mencapai rata-rata 101,33 ha. Melalui upaya optimalisasi potensi lahan dan air, konsolidasi dan penetapan batas subak dengan Pemkot Denpasar dan Pemkab. Tabanan, justru lahan sawah di Badung bertambah seluas 197 ha.

“Disamping itu, kami juga memiliki potensi lahan sawah sekitar 100 ha, bila terowongan air irigasi di Desa Belok Sidan, Petang rampung dalam tahun 2013 ini,” terang Bupati. Sementara berkenaan penyerahan bantuan mesin dan dana LUEP tersebut, Bupati memandang sangat sejalan dengan kebijakan di Badung. Khusus dana LUEP telah dirintis melaui APBD sejak tahun 2005 dan saat ini sudah mencapai Rp. 3,5 M. Dengan bantuan dari provinsi yang diterima Rp. 3,975 M maka total dana yang dikelola mencapai Rp. 7,475 M yang akan dimanfaatkan oleh sekitar 35 penyosohan beras dibawah koordinasi Perpadi.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyampaikan, upaya peningkatan produksi tentu tidak serta merta berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani apabila tidak diimbangi dengan adanya system pemasaran agar terserapnya produk gabah petani dengan harga yang layak. Oleh karena itu penyaluran dana LUEP tersebut akan terus diintensifkan sebagai salah satu upaya menjaga stabilitas harga produk pertanian khususnya gabah. “Program DPM-LUEP harus tetap dilaksanakan bahkan bila perlu akan diperluas mencakup komoditas lain,” katanya. Untuk di Badung yang mendapat bantuan alat pertanian dan dana LUEP yakni UPJA Bumi Lestari Desa Cemagi, Mengwi dan Subak Babakan Bengkel III Desa Carangsari, Petang.

Foto - foto :

{mosimage}

{mosimage}